xOeSJZwEqEHxAtyEgOy1ztCUdVCJP06QsbYigFCu
Bookmark

Petani dan Nelayan : profesi di ujung tanduk


Apakah profesi sebenarnya bangsa Indonesia ? Apakah pekerjaan asali orang Indonesia ? Hal tersebut terlintas ketika membaca sudut kolom sebuah media massa nasional bertopik "Pekerjaan petani sudah tidak lagi diminati". Teringat beberapa waktu yang lalu sempat juga membaca kolom dalam media massa yang berbeda dengan topik "Malu menjadi nelayan". Apakah menjadi petani dan nelayan merupakan sebuah berkat ataukah petaka bagi bangsa ini ? 

       Petani dan nelayan merupakan profesi kultural dari bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan karena luasnya lautan Indonesia yang dapat dijelajahi oleh seorang nelayan dalam mencari ikan dan terbentangnya ladang, kebun serta persawahan yang merupakan potensi pangan melimpah di Indonesia. Bentangan geografis memungkinkan rakyat Indonesia memiliki kedua profesi tersebut, tanpa harus mencari dinegara lainnya. 


      Kondisi saat ini (dengan berefleksi pada topik kedua media massa diatas) memungkinkan kebanyakan rakyat Indonesia mulai malu dan meninggalkan profesi asali tersebut. Dengan capaian strata pendidikan dan kualitas SDM yang tinggi yang dimiliki oleh orang Indonesia (terutama generasi muda), banyak generasi muda makin merasakan bahwa menjadi petani atau nelayan bukanlah profesi yang berkualitas bagi seorang yang tinggi ilmunya. Para sarjana pertanian dan perikanan lebih banyak bekerja di kantor-kantor pemerintahan, ketimbang terjun ke laut atau sawah untuk mengelolah sumber daya alam yang tidak terbatas tersebut. Generasi mendatang menjadi generasi administratif dan lepas tanggung jawab serta usaha untuk memberdayakan alam bagi peningkatan kesejahteraan.
      Hal tersebut juga berakibat pada banyaknya lahan pertanian yang dijual (karena tidak lagi dimanfaatkan)  untuk kepentingan pembangunan gedung, dari pada perluasan lahan pertanian. Kekayaan laut Indonesia terus dikeruk (dan dicuri) oleh perusahaan perikanan dari negara luar dengan teknologi canggih, dengan meninggalkan kerusakan lingkungan laut yang merugikan ekosistem laut. Profesi petani dan nelayan lebih banyak didiskusikan untuk dibela dan diperjuangkan haknya lewat demonstrasi dan diskusi ilmiah (skala nasional dan internasional), ketimbang menjadi menerjunkan diri menjadi petani dan nelayan itu sendiri. Generasi muda lebih emosional ketika berteriak memperjuangkan hak dari petani dan nelayan, namun mereka tidak siap untuk menjadi seorang petani/ nelayan.
     Disisi lain, secara demokrasi keberpihakan kepada profesi ini tidaklah secara nyata-nyata diperjuangkan. Banyak kepentingan politis yang menggunakan profesi ini untuk mencapai tujuan kelompok atau golongan tertentu. Pada saat pemilihan kepala-kepala daerah atau wakil rakyat, seringkali semua calon menonjolkan dirinya sebagai wakil para petani atau nelayan. Namun hal tersebut, hanyalah untuk meningkatkan polesan "keberpihakan pada masyarakat" pada dirinya. Sekali lagi profesi ini hanya menjadi tunggangan politik belaka. Setelah para calon pemimpin/ wakil rakyat ini terpilih, maka kebutuhan yang berkaitan dengan keberlangsungan profesi (petani dan nelayan) dikesampingkan. Bahkan kadangkala dipinggirkan, akibat adanya pembangunan Mal, gedung, perkantoran, jalan raya, kepentingan pengusaha atau investor perikanan dari luar negeri, naiknya harga BBM dunia dan lainnya. Sekali lagi profesi ini makin jauh dari kecintaan rakyat Indonesia terhadapnya.
      Mungkinkah petani dan nelayan ada dimasa depan negara Indonesia ? ataukah dimasa depan, bangsa ini akan mengimpor beras, ikan dan kebutuhan pangan lainnya dari negara luar. Petani dan nelayan sangat penting bagi bangsa ini, karena secara geografis dan kultural itu lah profesi asali bangsa Indonesia. Untuk itu petani dan nelayan bukan saja harus diperjuangkan, namun juga segenap rakyat Indonesia perlu kembali menjadi petani dan nelayan. Sehingga APBN bukan hanya untuk membayar para administrator negara (atau PNS), namun APBN mendapat masukan dari kas negara yang bersumber dari pendapatan masyarakat sebagai petani dan nelayan. Betapa bangganya bangsa ini, jika suatu saat dipimpin atau memiliki seorang Presiden yang merupakan seorang petani atau nelayan. Karena dialah rakyat Indonesia yang sebenarnya.
2 komentar

2 komentar

  • balmut
    balmut
    23 April 2016 pukul 09.03
    Satu alasan simpel knp pemuda jarang yg mau jadi petani/nelayan => karena dua profesi ini ngga ada gengsinya. Sementara itu kita selalu dinilai berdasarkan apa yg kita kerjakan, semakin bergensi pekerjaan kita semakin berharga kita di mata orang lain. Jadi wajar, profesi ini sudah ngga menarik di kalangan pemuda
    Reply
  • Anonim
    Anonim
    30 Mei 2014 pukul 15.46
    opini yang menarik
    Reply